Ngaji Ulumul Qur’an (4): Membuang Huruf Wawu dan Ya’ dari Penulisan Kata Alquran


Oleh: Ust. H. Abdul Jalil Muhammad, M.A

Sebagaimana dijelaskan di tulisan sebelumnya, al-Dani terkadang menjelaskan tentang membuang suatu huruf dengan keterangan argumentasi tertentu, biasanya ta’lil/argumentasi nahwu, atau kadang hanya menyebut kosakata yang dibuang darinya huruf tertentu. Seperti huruf Ya’ yang dibuang karena dicukupkan dengan harakat kasrah (iktifa’ bil-kasrah). Contoh QS. Al-Baqarah: 40-41 (وإيى فارهبون) (وإيى فاتقون) yang jika YA’ tidak dibuang maka menjadi seperti ini (وإياي فارهبوني) (وإياي فاتقوني).

Meski kata-kata tertentu tidak ditulis huruf YA’, akan tetapi pada beberapa qira’at akan ditetapkan (itsbat) huruf YA’, contoh pada Qs. Al-Baqarah: 186 (دعوة الداع إذا دعان) yang imam Warsy, Abu ‘Amr dan Qalun wajah kedua membaca dengan YA’ (دعوة الداعي إذا دعاني). Dari sini terlihat pentingnya ilmu rasam bagi yang belajar ilmu qira’at, khususnya soal cara waqaf/berhenti pada suatu kata apakah ikuti rasam atau tidak.

Kaidah bahwa setiap YA’ mutakallim yang berada di kata nida’ akan dibuang dari penulisan memiliki perkecualian (mustatsnayat). Contoh yang dibuang huruf YA’ (يعباد) dan (يقوم) yang di rasam imla’i ditulis (يا عبادي) dan (يا قومي) kecuali pada Qs. Al-‘Ankabut: 56 (يعبادي الذي آمنوا) dan al-Zumar: 53 (يعبادي الذين أسرفوا) yang huruf YA’ ditetapkan dalam penulisan. Berbeda dengan Qs. Al-Zukhruf: (يعبادي لا خوف عليكم) yang terdapat perbedaan riwayat, karena mushaf-mushaf daerah Madinah ditulisnya dengan YA’ sedangkan mushaf-mushaf yang daerah Irak menulisnya tanpa YA’.

Kata (يدع الإنسان بالشر) dan (يمح الله الباطل) ditulis dalam Alquran tanpa huruf WAWU (يدعو الإنسان) dan (يمحو الله الباطل). Masih ada banyak kata lain yang dibuang darinya huruf WAWU.

Perbedaan riwayat penulisan suatu kosakata tidak bisa dihindari dalam ilmu rasm. Salah satunya yang terkait penulisan huruf WAWU adalah kata (جزاءه) di Qs. Yusuf: 74-75 yang di riwayat lain disebut tertulis dengan WAWU (جزاؤه).

Mushaf yang dijadikan rujukan dasar model penulisan bisa kesaksian ke empat mushaf utama yang ditulis di masa sahabat Utsman atau ke mushaf-mushaf salinan dari mushaf itu di masing-masing daerah (Mashahif Ahl al-Hijaz, al-Kufah, wa al-Basharah)

Perlu diingat bahwa yang belajar ilmu rasm harus sudah paham tentang kaidah-kaidah penulisan bahasa Arab yang konvensional (kitabah imal’iyyah) dan pengetahuan tentang ilmu Nahwu, jika tidak maka tidak akan terasa perbedaannya. Di samping teliti dalam melihat perbedaan rasam kata yang sama dalam mushaf yang sama.

Wallahu A’lam